Tab Menu 10


Minggu, 30 Oktober 2011

Siapa Paling Cuek di Antara Kita?

Wacks? Ini bukan perlombaan saudara-saudara, tapi ini sebagai salah satu bentuk sindiran buat kita-kita. Harap dicatet ya, bukan berarti saya yang nulis udah dapet gelar paling peduli. Nggak juga. Tapi ini adalah ‘sentilan' buat semuanya, termasuk yang nulis. Hehehe.. bener lho, banyak banget di antara kita yang cuek abis terhadap segala macam problema. Kalo udah cuek alias nggak peduli, alamat hidup cuma untuk kesenangannya masing-masing. Yang lain? Emang gue pikirin? Waduh!
Oya, sifat cuek ini bisa ngendon dalam diri seseorang secara pribadi, bisa juga kompakan alias banyak orang yang sepemikiran dan seperasaan untuk sama-sama mengamalkan: “Emang Gue Pikirin?” Nah lho, kalo udah kayak begini, bisa berabe tuh. Maklumlah, kalo semuanya enjoy dengan urusan masing-masing, apa ia akan peduli dengan masalah umat ini? Hmm.. jangan harap deh.
Sobat muda muslim, kondisi ini udah menggejala. Namanya menggejala berarti udah banyak yang mengamalkan. Contohnya, ketika seks bebas yang digeber abis-abisan ama remaja sekarang, banyak orang cuma mampu geleng-geleng kepala. Selanjutnya, “Biarin dah. Bukan urusan gua!” Gubrak!
Ketika muslim Palestina digempur Israel, ketika rakyat muslim Irak digebukkin pasukan AS, saat Aceh membara, pas kemiskinan menjerat leher saudara kita, sebagian besar dari kita asyik dengan kehidupannya. Cuma segelintir orang yang bela-belain protes di jalanan. Hanya sedikit orang yang rela berpanas-panasan dan diguyur hujan untuk meyakinkan orang-orang bahwa kita wajib peduli dengan nasib saudara kita. Syukur-syukur kepedulian kita diwujudkan dengan lebih besar dan banyak, ya minimal banget adalah mengirimkan doa. Tega banget deh kalo kepedulian yang minimal pun nggak kita lakukan.
Sikap cuek juga nampak dalam kehidupan sehari-hari. Ada banyak remaja yang semau gue dalam berbuat. Ketika diingetin sama temanya, “Eh, kamu kok pacaran sih?” Mereka kompakan ngomong, “Kalo jomblo jangan belagu ya!” Duilee.. yang ngingetin malah dikatain begitu. Duh, maksiat kok nekat euy! Sadar ngapa?
Kalo diitung-itung, meski nggak pake hasil penelitian yang akurat, ini sekadar melihat fakta di lapangan aja, ternyata antara yang peduli dengan yang cuek banyakan yang cuek tuh. Nah, kalo mau dipersempit lagi, siapa yang paling cuek di antara yang cuek? Kamu jangan ngacung bro. Malu! Heheheh..
Kriteria paling cuek jatuh kepada mereka yang cuek abis terhadap agamanya. Di bawahnya ada dua lagi. Nah, kalo mau dirunut begini: paling cuek pertama adalah mereka yang nggak mau tahu ajaran apa aja dalam agamanya ini. Masih ngaku Islam sih, tapi doi nggak mau ambil pusing kudu mengamalkan ini dan itu dalam ajaran agamanya. Pokoknya, cuek abis. Prinsip doi, “Gue suka kebebasan. Agama itu mengekang. Agama bagi gue cuma status aja. Itu pun kalo ada yang nanya agama gue apa.” Wasyah!
Tipe mereka yang tercuek kedua adalah, nggak peduli dengan nasib saudaranya sesama muslim. Kalo doi udah asyik, nyang lain silakan minggir. Ada tetangga or temannya yang kelaparan, sebodo amat. Ada temannya yang sakit, silakan urus sendiri. Duilee.. kejam bin sadis begitu. Apa iya kalo kamu yang kebagian jatah susah orang mau nolong? Catet tuh. Emangnya di dunia ini cuma dikau seorang yang berhak suka-suka?
Nah, yang paling cuek ketiga adalah mereka yang nggak mau tahu nasib keluarganya sendiri. Walah, ini juga berat euy. Kalo sama keluarga dekat aja nggak peduli, gimana mau peduli sama tetangga atau saudara seakidah yang terpisahkan oleh batas wilayah? Hmm… menyedihkan banget.
Kebebasan akan menguburmu
Tentu yang dimaksud kebebasan di sini adalah bebas berbuat sesukanya. Nyang penting asyik. Sekali lagi, asyik. Pokoknya, kalo perbuatan itu membuatnya enjoy dalam menikmatinya, hajar terus. Padahal, nggak jarang yang dilakukannya itu justru dilarang dalam ajaran Islam. Kalo semua remaja muslim, atau kaum muslimin banyak yang berbuat begini, rasanya pantas jika Allah benci ama kita-kita.
Gimana nggak, atas nama kebebasan berbuat, sebagian dari kita tak malu berbuat maksiat. Inilah orang yang cuek ama ajaran agamanya. Mereka yang cuek ama ajaran agamanya, biasanya nggak risih atau was-was kalo telah berbuat serong. Sebaliknya, dianggap wajar aja. Duh, beraninya membangkang Allah dan Rasul-Nya. Astaghfirullah…
Sobat muda muslim, sikap cuek terhadap ajaran Islam ini emang bukan tanpa sebab. Ibarat kata pepatah, tak ada asap kalo nggak ada api. Itu artinya banyak kaum muslimin, termasuk remaja yang bebas berbuat sesukanya karena mereka udah terbiasa hidup dalam lingkungan yang liar. Gimana nggak, dalam sistem kapitalisme yang menjadikan kebebasan sebagai asas berbuat telah tumbuh subur para aktivis per-misivisme. Gaswat tuh!
Bukti bahwa banyak yang cuek ama ajaran agamanya bisa kamu lihat ketika nonton berita kriminal di televisi. Banyak sih yang ngaku muslim, tapi jadi bandar narkoba. Ada juga yang di KTP-nya tertulis Islam dalam kolom agama, tapi pelaku seks bebas. Hmm… ini membuktikan bahwa beliau-beliau ini udah nggak peduli lagi dengan ajaran agamanya. Sangat boleh jadi lho mereka nggak ngeh mana yang dihalalkan dan mana yang diharamkan. Ckckckckck..
Seandaianya kecuekan terhadap ajaran Islam ini terus berlangsung, alamat kehancuran yang akan didapat. Ingat lho firman Allah Swt.:
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS ar-Ruum [30]: 41)
Contohnya sekarang, Kamu masih inget kan dengan penelitian yang menyebutkan 97,05 persen mahasiswi di Yogyakarta sudah tidak perawan lagi? Wow, sungguh mencengangkan dan mengerikan mengetahui kehidupan seks mahasiswi di kota pelajar Yogyakarta. Benar. Suatu penelitian yang dilakukan oleh Lembaga Studi Cinta dan Kemanusiaan serta Pusat Pelatihan Bisnis dan Humaniora (LSCK PUSBIH) menunjukkan hampir 97,05 persen mahasiswi di Yogyakarta sudah hilang keperawanannya saat kuliah.
Seperti yang ditulis detik.com pada 2 Agustus 2002 lalu, bahwa yang lebih mengenaskan, semua responden mengaku melakukan hubungan seks tanpa ada paksaan. Semua dilakukan atas dasar suka sama suka dan ada­nya kebutuhan. Selain itu, ada sebagian responden mengaku melakukan hubungan seks dengan lebih dari satu pasangan dan tidak ber­sifat komersil. Wah, wah, wah.
Kenapa bisa begini? Boleh jadi banyak teman remaja yang menganggap bahwa rasa cinta itu nggak seru kalo nggak diekspresikan dengan pacaran. Pacaran pun nggak asyik kalo nggak dibumbui dengan aktivitas seks. Gedubrak. Benar-benar liar tuh!
Jangan heran dan jangan kaget kalo saat ini berkembang remaja-remaja yang free thinker , alias pemikir bebas. Ciri-cirinya? Kalo dalam urusan seks, remaja-remaja model begini nggak kenal kata takut dosa. Pokoknya, “semau gue” deh. Kalo itu mengasyikan, kalo itu bikin takjub, hajar aja tanpa ampun. Nggak peduli lagi gimana kalo nanti hamil di luar nikah. Nggak ambil pusing lagi kalo nanti kena penyakit seksual menular. Pendek kata, asal itu dilakukan atas dasar suka sama suka, menyenangkan, dan menghibur nggak peduli lagi dengan urusan dosa. Toh, biasanya mereka menganggap bahwa agama hanya sekadar alat bantu di kala butuh ketenangan jiwa. Waduh!
Oya, kasus yang ‘sodaraan' ama seks bebas adalah narkoba dan kriminalitas. Wuih, di jalur ini pun remaja udah banyak yang jadi aktivisnya. Berdasarkan catatan sebuah lembaga konseling narkoba menyebutkan bahwa di Jakarta saja, dari 110 kelurahan yang ada, semuanya nggak bebas narkoba. Terus peredaran uang dari bisnis narkoba ini di Jakarta sehari bisa menyentuh angka Rp 4 miliar. Waduh, heboh juga ya?
Menurut perkiraan Prof Dr Dadang Hawari, angka pengguna narkoba di Tanah Air mencapai tiga juta orang. Setiap pecandu diperkirakan membelanjakan uangnya Rp 100.000-Rp 300.000 per hari untuk membeli obat-obatan berbahaya. ( Tempo , 27/5/2001). Bila jumlah pengguna dan uang jatah membeli barang-barang haram itu dikalikan, diperoleh angka Rp 300 milyar- Rp 900 milyar. Kisaran inilah sales industri narkoba di wilayah Indonesia untuk satu hari. Tetapi, jika yang digunakan data dari Departemen Pendidikan Nasional akan lebih tinggi lagi besarannya, empat juta pengguna (Majalah Interview, 20/1/2001). Omzet per hari dapat mencapai Rp 400 milyar-Rp 1,2 trilyun.
Kalo udah kena? Walah, berat euy pengobatannya. Biaya yang biasa diperlukan untuk terapi ini di Jakarta bervariasi dari 20 ribu sampai 75 ribu rupiah per pertemuan. Bahkan ada yang harus berobat sampe 20 kali pertemuan ( HAI, No 6 Tahun 25 ). Belum lagi harga obat lainnya. Untuk menghantam pengaruh morfin di dalam tubuh penderita, ada yang harus minum obat rata-rata 10-12 butir per hari. Harga obatnya sendiri mencapai 1,5 juta sampe 2 juta perak per 50 butir. Maklum obat impor. Nah lho..
Sadar dooong!
Emang nggak mudah kalo nerima kritik dari orang lain. Nggak heran bila kemudian muncul sikap arogan dalam diri kita. Ya, kayak temen kamu yang punya prinsip “Emang gue pikirin” itu. Sikap seperti itu muncul karena kamu nggak mau diganggu gugat atas perbuatan yang kamu lakukan. Lalu kamu balik menyerang. Kalo perbuatan yang kamu lakukan bener, terus ada yang ngritik, dan kamu balik menyerang, tentu itu beralasan dong. Tapi kalo perbuatan kamu salah, terus kamu menolak ditegur, berarti kamu emang arogan alias nggak mau berlapang dada. Hati-hati ya. Soalnya, manusia itu nggak ada yang sempurna. Semua manusia punya sisi gelap dan sisi terang dalam hidupnya.
Orang yang arogan alias sombong, biasanya menolak kebenaran yang datang kepadanya. Itu sebabnya, tujuan hidupnya bukan nyari kebenaran, tapi pembenaran atas per-buatannya. Itu bahaya. Allah Swt. murka lho, sama orang yang model begini. Firman-Nya: 
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS Luqman [31]: 18)
Dan sebaliknya orang yang ikhlas, berlapang dada, mau menerima kritik dari orang lain, itulah yang dinginkan oleh Allah Swt. Firman-Nya: 
“dan (aku telah diperintah): “Hadapkanlah mukamu kepada agama dengan tulus dan ikhlas dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang musyrik.” (QS Yunus [10]: 105)
Oke deh, mulai sekarang kita kudu sadar. Nggak cuek lagi ya sama ajaran agama kita, nggak cuek ama nasib saudara seakidah, juga nggak diem aja ama nasib keluarga kita sendiri. Kita kudu peduli. Peduli sama ideologi Islam? Wajib euy. Ideologi lain? Lewaaaat! Jadi, cuek? Udah basi tuh! [solihin]

Rabu, 16 Februari 2011

RENUNGAN 14 FEBRUARI



Ibu mu : bakalan terusmencintai kamu meski kamu jauh darinya, bahkan kalo kamu sudah tiada
yang katanya pacar kamu : bakalan berkurang abis “cintanya” saat kamu jauhin dia apalagi kalo kamu dah tiada bakalan lupa dehh

Ibu mu : selalu terbuka hatinya menerima kamu walau kamu dah nyakitin hatinya berulang kali.
Yang katanya pacar kamu : jangan harap bisa baekan kalo kamu dah nyakitin perasaan ceweq or cowoq kamu

yang katanya pacar kamu : bakalan berlaga nuntut balasan “cinta” kamu weeeehh
Ibu mu : gak bakalan nuntut apapun dari kamu meski Ia sangat mencintai kamu sejak lahir
yang katanya pacar kamu : gaya nya pasti sok ngelarang kamu berbagi cinta ama yang laen wuiih
Ibu mu : memberikan cinta seutuhnya untuk kamu bagikan kepada yang laen.

yang katanya pacar kamu : cek lagi deh “cinta” dia, pasti cintanya semu
Ibu mu : cintanya tulus ikhlas gak ada bandingannya di muka bumi ini, kayak air yang mengaliirr.. ciee ngerasa gak seeh

Rabu, 19 Januari 2011

Biar Miskin Asal Nyenengin

Arrrrrggggggh! Saya geram bukan kepalang tiap kali menyaksikan dengan mata-kepala sendiri potret memilukan di tiap sudut tempat yang saya lewati dengan ‘bebek’ saya. Pemandangan asli dari kondisi kehidupan mayoritas penduduk negeri ini yang jarang dijadikan setting cerita sinetron apa pun. Kontras banget dengan setting cerita di hampir semua sinetron atau film yang menyuguhkan kemewahan.
Coba telusuri tiap jalan di seantero kota kamu, Bro. Itu yang namanya gelandangan dan pengemis (gepeng) makin bejibun. Mereka duduk memelas menengadahkan tangan, mengelilingi mobil dan motor yang lagi antri lampu merah, bahkan berkeliling menyambangi tiap komplek perumahan, lengkap dengan ‘atribut’ compang-campingnya. Ngapain? Ya ngemis lah. Pernah ada guyonan, pas seorang ibu yang biasa ngemis di lampu merah tertangkap petugas tramtib, si ibu bilang: “ampun pak, saya memang ngemis di sini, tapi anak saya yang satu di UI, satu lagi di Trisakti.” “Kuliah?”, tanya petugas. “Bukan…., ngemis juga Pak!” Pletak! (nggak usah ketawa terus, karena ini guyonan yang bikin miris)
Buat mereka yang nggak punya rumah alias tunawisma, mereka kudu rela bergeletakkan tidur di emper-emper toko tiap malam. Diwarnai juga dengan kisah-kisah getir para tukang, yang menjajakan barang dagangannya dengan harap-harap cemas sampai terkantuk-kantuk, yang menunggu para konsumen menggunakan jasanya, baik tenaga maupun keahlian. Sebagian dari mereka adalah orang tua di atas kepala lima atau enam yang seharusnya sudah mengenyam masa istirahat di rumah dengan fasilitas lengkap yang disediakan anak-cucu mereka. Tapi keadaan memaksa mereka untuk terus survive dengan cara masing-masing.
Tiap menyaksikan itu semua dada saya serasa sesak, pun nafas terasa tercekat, menahan pilu. Sering ada yang bilang: Ini hidup, Bung! Memang begini adanya. Whats? Betul ini hidup, tapi kehidupan yang sudah mulai bergeser menjadi rimba belantara akibat keserakahan sebagian besar manusianya. Catet!
Bro en Sis, menyelami masalah kemiskinan itu ibarat dihadapkan pada tugas menguraikan benang kusut. Kudu hati-hati dan bijaksana. Masalahnya, ada yang miskin itu karena memang alamiah, ada juga yang karena pengen dikasihani. Buat kasus yang kedua emang nyata terjadi di sekitar kita. Cuma karena pengen dapet jatah raskin alias beras buat orang miskin sama minyak tanah bersubsidi, warga kampung berebut daftar jadi orang miskin. Di tiap jendela rumah mereka ditempelin stiker “Keluarga Miskin (Gakin)”.
Jadi serba salah kadang memandangnya. Di satu sisi kita ngerasa apa yang mereka lakukan nggak seharusnya begitu, sampai banting harga diri. Tapi di sisi satunya lagi, kita nyadar emang ini seharusnya hak mereka sebagai warga negara yang dijamin seluruh kebutuhannya oleh pemerintah. Cuma pemerintahnya aja yang nggak nyadar. Iya kan?
Susahnya jadi orang miskin
Pernah baca sebuah penelitian nih, jumlah orang miskin di negeri kaya SDA Indonesia itu mencapai setengah lebih dari total penduduknya yang berjumlah 220 juta jiwa. Cuma, lagi-lagi, realitas pada tataran praktis di lapangan, semua fasilitas kehidupan yang disediakan pemerintah kok banyak yang nggak berpihak kepada golongan ini ya. Coba aja dipikirin. Meski kebijakan mendiknas melalui pimpinan daerah masing-masing menegaskan untuk membebaskan seluruh biaya pendidikan di sekolah negeri (baru SD-SMP), tapi tetep aja masih banyak ditemukan praktik-praktik pemungutan biaya seputar LKS, renang, ekstrakurikuler, bla bla bla.
Kasian kan buat orang tua yang penghasilannya kecil atau pas-pasan. Baru aja bisa bernapas lega ngedenger biaya sekolah digratiskan, eh dibikin megap-megap lagi dengan urusan tetek-bengek yang disebutin tadi. Apalagi yang nyekolahin anaknya di sekolah swasta. Buat yang nggak tahan dengan tekanan seperti ini, mau nggak mau anaknya dipaksa putus sekolah dan akhirnya berkeliaran di jalan sambil menenteng okulele: “permisi pak numpang ngamen.”
Belum lagi buat yang sakit. Udah jadi rahasia umum kalo berkaitan sama biaya pengobatan di RS, nggak ada pembedaan buat pasien. Bisa dihitung dengan jari rumah sakit yang melayani sesuai kondisi pasien. Rata-rata sih nggak ada keringanan biaya buat yang miskin. Pokoknya tetep kudu bayar mahal. Meskipun udah ditunjukkin kartu askeskin ke bagian administrasinya.
Ada juga kondisi yang lebih parah. Pasien jenis ini biasanya dinomorduakan alias didaftar-tunggukan setelah selesai melayani pasien yang siap bayar mahal. Sampai akhirnya banyak yang keburu meninggal sebelum sempat mendapat pengobatan apalagi perawatan. Masya Allah! Begitulah susahnya hidup di negeri ini. Mungkin ini semua memang harus terjadi sebagaimana yang diamanatkan UUD’45 Pasal 34 yang bunyinya: “Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara.” Hiks, hiks, jadi sedih, masa’ orang miskin disamain kayak ayam, dipelihara. (jangan-jangan dipelihari untuk tetap ada? Semoga bukan ya!)
Sementara nun di Senayan sana, para wakil dari rakyat miskin yang hidupnya nggak kayak rakyatnya, hidupnya wah bermandikan harta dan kesenangan. Gajinya, fasilitasnya, yang selama ini udah dinikmatin, masih kurang juga ternyata buat mereka. Sekarang mereka minta renovasi rumah dinas, ngabisin duit negara yang nyata-nyata punya rakyat sampai milyaran rupiah. Para menteri juga nggak mau ketinggalan, mereka dikasih mobil dinas yang mewah. Istighfar lagi, yuk! Astaghfirullah al-‘Azhim…    

Kok bisa miskin?
Sobat muda, kamu mungkin bertanya, faktor apa aja seh yang bikin seseorang jadi miskin secara harta? Jawabannya (ngikutin Fitri Tropika di Missing Lyrics, hehe) ada beberapa sebab. Kalo kata saya seenggaknya ada tiga faktor. Pertama, faktor manusianya sendiri yang males-malesan; atau sering maksiat, jarang ibadah, nggak bersyukur, dan nggak rajin berdoa. Pantes aja rezekinya seret, kita sendiri yang bikin.
Selain itu, kemiskinan bisa diakibatkan oleh sistem kehidupan yang diterapkan bukan sistem Islam. Padahal Allah Swt. udah memperingatkan kita (yang artinya): “Dan siapa saja yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit. Dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” (QS Thaahaa [20]: 124)
Jelas banget kan ayat ini. Kalo hidup kita jauh dari Allah Swr., pasti hidup kita susah. Apalagi lanjutan ayatnya, wuih serem. Makanya jangan berani-berani ngelanggar perintah Allah Swt. Kalo kemudian kamu temukan sosok manusia yang senantiasa maksiat, berbuat kejahatan—atau malah nggak beriman—tapi hidupnya bergelimang harta dan kemewahan, menurut para ulama itu cuma sebatas istidraj. Oya, istidraj adalah mengulur, memberi terus menerus supaya bertambah lupa, tiap berbuat dosa ditambah dengan nikmat dan dilupakan untuk minta ampunan, kemudian dibinasakan.
Tentang istidraj ini dijelaskan dalam firmanNya (yang artinya): “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu, mereka terdiam, berputus asa.” (QS al-An’aam [6]: 44)
Rasullulah saw. bersabda: “Apabila kamu melihat bahwa Allah Swt. memberikan nikmat kepada hambaNya yang selalu berbuat maksiat, ketahuilah bahwa orang itu telah diistidrajkan oleh Allah Swt.” (HR at-Tabrani, Ahmad dan al-Baihaqi)
Bro en Sis, faktor lainnya yang memunculkan kemiskinan adalah faktor bumi. Maksudnya kemiskinan yang dialami adalah akibat terjadinya fenomena alam di bumi. Bisa karena gempa, banjir, longsor, dan sebagainya, yang berpengaruh pada produksi alam dalam penyediaan makanan dan minuman bagi manusia. Sering kan kita dengar gagal panen padi di suatu daerah karena angin puting beliung yang menyebabkan warga di sekitarnya menderita kelaparan. Tapi kalo mau ditelusuri, semua bencana alam itu juga disebabkan sama tangan-tangan manusia yang nggak bertanggungjawab sehingga terjadilah kerusakan hingga menimbulkan kemiskinan. Firman Allah Swt. (yang artinya): “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia. Supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS ar-Ruum [30]: 41)
Syaikh Muhammad Ali ash-Shabuni dalam kitab Shafwatu at-Tafasir, menafsirkan kalimat bimaa kasabat aydinnaas (disebabkan perbuatan tangan manusia) dalam ayat tersebut dengan bi sababi ma’ashi an-naas wa dzunubihim (disebabkan kemaksiatan dan dosa yang dilakukan oleh manusia). Maksudnya, tiap kali manusia melakukan maksiat dan dosa kepada Allah Swt., maka akan terjadi kerusakan di bumi. Salah satu kemaksiatan bahkan telah menjadi kemungkaran saat ini adalah nggak diterapkannya hukum-hukum Allah Swt., yakni syariat Islam. Itu sebabnya, kita butuh Khilafah yang bakal nerapin semua itu. Allahu Akbar!
Nah, faktor yang ketiga dari masalah kemiskinan ini adalah faktor kekuasaan Allah Swt. Kemiskinan seseorang memang bisa jadi sudah Allah tetapkan dalam waktu tertentu atau seumur hidupnya sebagai takdir. Kita nggak bisa menilai hal ini cuma dari logika manusia yang pasti nyimpulin kalo Allah nggak adil. Karena Allah Swt. berfirman (yang artinya): “... Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu. Dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS al-Baqarah [2]: 216)
Pasti ada hikmah di balik kemiskinan yang Allah tetapkan itu. Orang yang beriman adalah orang yang menerima ujian dari Rabb-nya dengan penuh kesabaran. Dengan kesabaran yang diperbuatnya itulah kelak Allah akan menggantinya dengan surga. Tapi bukan berarti pasrah begitu aja dengan keadaan. Kudu tetep berusaha semaksimal mungkin, sembari dirangkai dengan aneka ibadah dan munajat kepada Allah Swt.
Renungan
Bro en Sis, kalau mau ditelusuri sejarah kehidupan Rasul saw. beserta para sahabat, ternyata kita bakal nemuin juga kesusahan hidup mereka. Diriwayatkan dalam Kitab Irsyadul ‘Ibad, bahwa Rasul saw. ada kalanya beberapa malam bersama keluarganya kelaparan, nggak punya makanan buat disantap. Dalam kisah lain, beliau sering berpuasa atau mengganjal perutnya dengan batu kalo pas kebetulan nggak ada makanan di rumahnya. ‘Aisyah ra pernah bertutur bahwa: “Tidak pernah keluarga Muhammad saw. merasa kenyang makan roti tepung sya’ir dua hari berturut-turut, sampai masa beliau meninggal tiba.” (HR Bukhari dan Muslim)
Atau kisah yang diceritakan dalam hadis riwayat Bukhari bahwa Abu Hurairah ra sering pingsan di lokasi antara mimbar dan rumah ‘Aisyah sampai disangka gila. Padahal pingsannya itu hanya karena kelaparan. Kenapa Rasul kok seolah menerima keadaan itu? Kenapa nggak berdoa aja minta segala kebutuhan kepada Allah, bukankah doa Rasul mustajab? Semua ini beliau terima sebagai ujian yang harus dijalani dengan kesabaran.
Saat kita dilanda kekurangan materi alias finansial, inget juga firman Allah (yang artinya):  “Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Serta berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS Al-Baqarah [2]: 155)
Ada keutamaan untuk orang-orang miskin yang tetap sabar, beribadah, dan berikhtiar sampai akhir hayatnya. Dalam sebuah hadis Rasul saw. bersabda: “Hai orang-orang fakir, sukakah aku beritakan padamu kabar gembira? Sesungguhnya orang-orang fakir dari kaum mukmin akan masuk surga sebelum orang-orang kaya kira-kira setengah hari, yaitu lima ratus tahun.” (HR Ibn Majah)
Dalam hadis lain, ”Aku melihat ke surga, kebanyakan penghuninya adalah orang-orang fakir. Dan aku melihat ke neraka, maka kebanyakan penghuninya adalah wanita.” (HR Muslim)
Sobat muda, semoga kita semua meski dalam kondisi ekonomi yang carut-marut begini tetap istiqomah beriman dan beribadah hanya kepada Allah Swt. semata. Karena pada dasarnya, walaupun secara materi (harta), misalnya, kita serba kekurangan, pada hakikatnya kita tetap kaya akan fisik yang sehat dan kuat; tetap kaya akan ilmu; tetap kaya akan iman; tetap kaya akan amal shalih, dan tentunya tetap kaya akan kemuliaan karena kita muslim.  
Yang harus kita lakukan sekarang adalah tetap bersyukur kepada Allah Swt. Salah satu wujud syukur adalah beribadah secara totalitas. Jangan dilupakan juga buat senantiasa qana’ah (menerima pemberian dari Allah Swt.). Karena kata Rasul saw.: ”Sungguh beruntung orang yang masuk Islam dan rizkinya cukup, serta merasa cukup dengan apa-apa pemberian Allah kepadanya.” (HR Muslim)
Jangan berhenti berusaha dan berdoa. Karena tugas manusia hanya berusaha dan berdoa, Allah yang menentukan. Makna kebahagiaan yang sejati bukan sebanyak apa harta atau kekayaan kita. Tapi seluas apa hati kita dalam menerima setiap rizki dan mempergunakannya dalam ibadah. Lagi-lagi Rasulullah saw. mengingatkan, ”Bukanlah kekayaan itu karena banyaknya harta benda. Tapi kekayaan yang sebenarnya adalah kaya hati.” (HR Muttafaq ’Alaih)
Semoga kita bisa semakin mensyukuri segala nikmat yang telah Allah Swt. berikan kepada kita. Allah Swt. Berfirman (yang artinya):“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi. Tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS al-A’raaf [7]: 96)
Yuk, tetap jaga diri dan jaga iman, biar miskin asal nyenengin Allah Swt. karena tetap beriman dan bersabar serta berusaha menjadi lebih baik disertai doa yang sungguh-sungguh. Wallahu a’lamu bi ash-shawaab. Salam Mumtaz! [anto apriyanto, the spirit of soulI segi3_lc@yahoo.com]

Selasa, 28 Desember 2010

Manfaatkan Momen Awal Tahun!

Sebuah message singkat di HP dan email gue seminggu yang lalu mengingatkan kalo minggu ini sudah waktunya gue nulis lagi buat gaulislam. Pertama baca seneng sekaligus sedih. Seneng karena bisa ketemu lagi dengan para pembaca setia gaulislam. Namun sedih karena waktunya pas banget dengan libur panjang. Karena dikejar deadline, jadi nggak bisa all out nih selama liburan. Eh emang liburan ini gue mau ngapain ya? Hmmm… setelah mikir 3 Jam 10 menit 3 detik, kok masih blank! Walah kok blank? Gue lupa bikin rencana liburan! Ohh noooo.
Emang setiap akhir tahun selalu ditandai dengan musim liburan yang panjang. Waktu liburan yang cukup lama ini praktis bikin kita enjoy banget. Sehingga ujungnya kita malah lupa nggak ngapa-ngapain alias nggak planning libur panjang ini mau buat apa. Situasi yang sama juga ngga beda jauh bagi para pekerja. Karena stres dan beban kerja yang entah kenapa nggak ada habisnya, tiap kali ketemu ama yang namanya liburan, mereka seneng banget, persis kayak kodok ketemu aer, eh nyambung nggak sih? Bagi mereka yang penting tidak kerja dan bisa menikmati hari-hari nyantai tanpa tekanan kerjaan dan deadline.
Dari awal bulan Desember kemaren, suasana sudah berubah dengan drastis. Semua target harus beres dalam waktu singkat. Alhasil, dari awal bulan, load sudah tinggi. Para pekerja ngejar taget kerjaan mereka, anak-anak sekolah juga ujian di bulan tersebut. Sehingga selesai ujian nyetel banget dengan jadwal libur panjang. Intinya semua kegiatan rutin dipaksakan untuk match dengan liburan. Dalam hal ini, liburan tidak bisa diganggu gugat, alias penting banget gitu loh. Selain itu pergantian tahun selalu diwarnai dengan perayaan yang katanye untuk memperingati pergantian waktu. Sepertinya perayaan tersebut untuk menghargai waktu yang telah berlalu, tapi kenyataannya apakah demikian?
Nah, mumpung masih di bulan Muharram, yang juga bertepatan dengan bulan Januari di hitungan kalender masehi, kita coba bahas masalah ini dari sudut pandang Islam.
Urgensi Waktu
Di antara ciri seorang muslim adalah pribadi yang konsen pada waktu. Seorang muslim seharusnya tidak patut menunggu dimotivasi oleh orang lain untuk mengelola waktunya. Sebab, mengelola waktu merupakan kewajiban pribadi bagi seorang muslim. Islam menganggap perhatian terhadap pentingnya waktu adalah salah satu indikasi keimanan dan bukti ketakwaan. Allah Swt. berfirman (yang artinya): “Sesungguhnya pada pertukaran malam dan siang itu dan pada yang diciptakan Alloh di langit dan di bumi, benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaanNya) bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS Yunus [10]: 6)
Pren, Islam menempatkan ibadah ritual dalam bagian waktu, seperti sholat 5 waktu yang mengepung seluruh hari, Ibadah haji, puasa, zakat dan ibadah lainnya. Bagi seorang muslim, menghargai waktu dan menjaga penggunaannya sudah merupakan menu harian, yang mungkin tanpa kita sadari sudah kita anggap sebagai sebuah kebiasaan. Karena kita tinggal di negara yang sebagian besar penduduknya muslim, penyesuaian aktivitas dengan jadwal ibadah kita, bukan lagi sesuatu yang aneh.
Lain halnya kalo kita ada di negeri yang didominasi oleh masyarakat non muslim. Pernah suatu ketika gue di negeri orang, suatu pagi gue keluar hotel untuk berangkat ke kantor. Gue inget bener waktu itu pukul 7.30 pagi. Lha kok sepi bener jalan raya? Pada kemana nih orang-orang? Setelah clingak-clinguk nggak karuan, baru sadar kalo ternyata orang-orang di sini baru mulai beraktivitas, dan suasana di sono mirip banget dengan suasana kalo jam 6 pagi di Bogor.
Bro, jangan dikira waktu diberikan begitu saja tanpa adanya pertanggung jawaban kelak di akhirat. Rasulullah saw. bersabda (yang artinya): “Dua telapak kaki hamba tidak akan bergeser dari tempatnya pada hari kiamat nanti, sehingga ditanya tentang empat hal: tentang umurnya—dalam hal apa ia dihabiskan?; tentang masa mudanya—dalam hal apa ia dibinasakan; tentang hartanya—dari mana diperoleh dan dalam hal apa diinfakkan?; serta ilmunya—apa yang dia lakukan dengannya?” (HR at-Turmudzi)
Begitu pentingnya waktu dalam Islam sehingga pemanfaatannya pun akan dipertanggung jawabkan kelak di akhirat. Walaupun kita memperolehnya gratis banget, tapi kita tetap tidak terlepas dari tanggung jawab sehingga kudu menggunakannya dengan baik. Dari semua hal dalam Islam, masalah waktu ternyata menduduki tempat yang sangat penting. Itu sebabnya, para ulamapun sangat menghargai waktu. Sebagai contoh adalah pendapat Ibnu Qoyyim dari kitab al-Fawaid: “Sikap menyia-nyiakan terbesar adalah menyia-nyiakan hati dan waktu. Menyia-nyiakan hati timbul dari mengutamakan dunia atas akhirat, sedang meyia-nyiakan waktu muncul dari panjang angan-angan. Seluruh kerusakan berhimpun pada sikap mengikuti hawa nafsu dan panjang angan-angan, sebagaimana seluruh kebaikan berhimpun pada sikap mengikuti petunjuk Allah Swt. dan bersiap-siap untuk berjumpa Allah Ta’ala yang maha dimintai pertolongan”.
Boys and gals, anggaplah sebuah lempengan besi seharga 50 rupiah. Kalo besi tersebut dicetak dalam bentuk baut, harganya pun berubah menjadi lebih mahal, mungkin jadi 500 rupiah. Kalo dicetak dalam bentuk pisau, harganya bisa jadi ribuan rupiah. Lain lagi kalo dicetak menjadi arloji, harganya bisa menjadi ratusan ribu dan bahkan jutaan rupiah.
Waktu ibarat lempengan besi. Sejauh mana upaya yang dicurahkan untuk mengelola, mengorganisir dan mengoptimalkan pemanfaatannya, maka sejauh itu pula harga yang dimilikinya. Selain itu kita juga kudu inget kalo waktu adalah modal paling unik yang kita punya, karena modal tersebut tidak mungkin diganti dan tidak mungkin disimpan dulu baru kita pake nanti. Dan kita juga tidak mungkin membeli waktu yang kita butuhkan. So, artinya waktu adalah sesuatu yang tetap, tidak bisa diganggu-gugat, so take it or leave it.
Momen awal tahun dan cara pemanfaatannya
Karena kebetulan pas banget artikel ini dengan awal tahun 1431 hijriah dan bertepatan dengan tahun 2010, so mari kita gali lebih dalem bagaimana kita bisa memanfaatkan momen awal tahun untuk bisa mengoptimalkan pemanfaatan waktu kita setahun ke depan.
Pertama, permasalahan utama dalam pemanfaatan waktu adalah banyaknya kegiatan atau keinginan yang pengen kita kerjakan namun terbatasnya waktu yang kita punya. So, langkah pertama kita harus menentukan target/prioritas tahunan kita. Prioritas adalah semua hal yang kita anggap penting untuk bisa terlaksana. Namun perlu diingat, prioritas di sini tidak boleh bertentangan dengan Islam. Itu sebabnya,  jangan deh merencanakan mau ngerampok, maling ato nyopet, mending cari prioritas lain yang lebih syari semacam, naik haji, qurban, atawa bisa sadaqah reguler.
Kedua, untuk membuat prioritas dapat dimulai dengan menuliskan semua hal yang ingin kamu capai/kerjakan dalam tahun ini. Setelah daftar selesai, kemudian buatlah prioritas mana yang lebih penting untuk dicapai terlebih dahulu. Langsung susun ulang daftar target tahunan kamu sesuai dengan skala prioritasnya. Bila daftar sudah selesai, coba cross check dengan orang lain mengenai daftar prioritas tahunanmu. Ini penting untuk memastikan kita telah menyusun prioritas dengan optimal. Oya, ini karena manusia cenderung menyusun prioritas sesuai dengan keinginannya/hal yang disukainya, bukan berdasar pada hal yang diperlukannya/dibutuhkannya.
Ketiga, bila target tahunan sudah dibuat, pikirkan kapan target tersebut mau dicapai dalam tahun ini. Misal pengen bisa zakat fitrah tahun ini, kudu dilihat di kalender kapan bulan ramadhan akan tiba tahun ini. Jangan sampai kelewat bulan ramadhan baru inget, itu namanya pengen doang tapi nggak serius. Nah, untuk memastikan kita tidak lupa, bisa dengan cara tandain tuh kalender di kamarmu, atau tempel target tahunanmu di dinding kamar plus masukin semua target kamu dan waktunya ke remainder HP kamu. HP jangan hanya dipake untuk facebook-an ama sms-an doang.
Keempat, bila target tahunan sudah beres, saatnya untuk break down ke target bulanan. Sesuaikan dengan target tahunan kamu yang ingin dicapai. misal pengen bayarin zakat harta, kudu dihitung dari awal, berapa jumlah uang yang harus kita keluarkan untuk zakat tersebut. Kalo kudu nabung dulu, bisa direncanakan dari awal tahun, kapan kita mulai nabungnya. Dalam membuat target bulanan bisa juga kita tambahkan jadwal ibadah sunah tahunan.  Misalmnya, kapan kita harus puasa sunah dalam setahun. Kalo ramadhan kemaren bolong-bolong puasanya, bisa kita rencanakan kapan untuk meng-qodhonya sebelum datang ramadhan tahun ini, dan sebagainya.
Kelima, bila target bulanan sudah beres, masukkan ke dalam remainder kamu, bisa berupa kalender yang dicoret-coretin, diary, remainder HP kamu ato semua sistem yang biasa kamu pake untuk mengingatkan kamu, akan hal-hal yang penting.
Keenam, dengan metode yang sama, bisa kamu gunakan untuk menyusun target mingguan dan harian kamu. Cuma dari pengalaman gue, sebaiknya berhenti sampai target mingguan saja. Sebab, gue pernah bikin. Di awal gue bikin target gue sampai harian. Eh, yang terjadi alhamdullilah memang kepengenan gue banyak yang tercapai. Cuma kemudian kita jadi nggak manusia lagi, loh? Jadi setan? Nggak juga, cuma kita jadi cenderung selfish (mementingkan kepentingan kita sendiri). Kita jadi ngga flexsibel lagi, karena bagaimana pun juga, pasti akan muncul hal-hal yang sifatnya aksidental dan tidak bisa kita prediksi sebelumnya. Sebagai manusia kita harus bisa mengakomodasi perubahan mendadak ini, dan tetap mempertahankan kemampuan kita sebagai makhluk yang luwes dan mampu beradaptasi dengan baik terhadap perubahan realita di sekitar kita. So, tidak perlu kamu menyusun jadwal sampai detail sekali, karena harus tetap disediakan waktu untuk hal-hal yang tidak terduga.
Ketujuh, pindahkan target yang belum tercapai dalam satu minggu ke minggu berikutnya dan jangan sampai target mingguan meleset lebih dari satu bulan. Demikian juga dengan target bulanan yang meleset, jangan sampai target tersebut meleset lebih dari 2 bulan. Selalu perhitungan waktu cadangan untuk hal-hal yang di luar perencanaan kita. Satu-satunya cara untuk memastikan target kita selalu on schedule adalah keseriusan kita sendiri untuk mengelola hidup kita. Kalo kita sendiri tidak serius mengelola hidup kita, terus siapa lagi?
Kedelapan, untuk menjadikan target kita tetep realistis, secara reguler siapkan waktu untuk mengevaluasi target kita. Oya, kalo mau mengevaluasi target bulanan waktu yang paling baik adalah awal bulan. Demikian juga untuk evaluasi target mingguan, paling pas dilakukan diawal minggu. Dalam melakukan evaluasi. coba kenali kegiatan kamu yang sifatnya dinamis. Pergi ke sekolah dan les, adalah dua contoh kegiatan yang waktunya tetap alias nggak dinamis. Kegiatan semacam ke toko buku, ke pasar atau bahkan ngaji bisa dikategorikan kegiatan dinamis, karena tidak begitu pasti kapan selesainya, kita hanya bisa memperkirakan saja. Alokasikan waktu yang cukup untuk kegiatan yang sifatnya dinamis dan hindarkan dari berbagai hal yang bisa memalingkan kita dari kegiatan yang sifatnya dinamis tersebut.
Kesembilan, padukan aktivitas yang serupa dan kenalilah aktivitas yang dapat dilakukan secara beriringan. Hapus aktivitas tidak penting dari daftar targetmu. Delegasikan tugas yang memungkinkan untuk didelegasikan ke orang lain. Selalu bersiap untuk berinteraksi dengan hal-hal darurat, bila datang sebuah tugas darurat (di luar rencana) segera evaluasilah dan sesuaikan dengan targetmu.
Kesepuluh, setiap orang memerlukan waktu istirahat/waktu luang. Nah, karena hal ini merupakan kebutuhan, maka harus direncanakan juga. Rencanakan waktu istirahat/refreshing kamu dengan baik. Gunakan waktu luang kamu untuk dirimu sendiri, berinteraksi dengan teman, keluarga dan lingkunganmu. Coba atur dan seimbangkan kehidupan kamu antara ibadah, mengejar target kamu dan berinteraksi dengan lingkungan di sekitarmu.
Kesebelas, nggak perlu menjadwal setiap detik waktu kamu, karena ini sudah termasuk dalam hal berlebih-lebihan, tetap jadikan jadwal kamu se-fleksibel mungkin, dan selalu siap terhadap hal-hal di luar rencana. Sehingga bila hal tersebut terjadi, kita bisa mengantisipasinya dengan baik.
Keduabelas, semua ini membutuhkan keseriusan. Jadi jangan setengah-setengah kalo kamu mau mengeksekusi jadwal tahunan kamu, siapkan dengan matang rencana dan keperluan lainnya jauh-jauh hari, dan tetep semangat dalam meraih target-target tahunan kamu, jangan mudah menyerah. Ingat, keinginan memerlukan keseriusan, tanpa keseriusan percuma!
Kesimpulan
Sebagai seorang muslim, mengatur waktu sama halnya dengan mengatur hidup kita. Ada bagian yang telah diatur dengan jelas oleh syariat dan ada bagian yang kita bebas mengaturnya. Tanpa perencanaan yang matang terhadap penggunaan waktu dalam hidup kita, akan menjadikan waktu yang kita lewati berlalu begitu saja, percuma tanpa makna dan manfaat, baik bagi dunia maupun akhirat kita. Rasullullah saw. bersabda (yang artinya): “Penghuni surga tidak menyesali sesuatu, melebihi penyesalannya pada waktu yang dilampauinya tanpa mengingat Allah Azza wa Jalla” (Ibnu Katsir, dalam al-Bidayah wa an-Nihayah)
Tuh Bro, orang yang sudah masuk surga saja menyesal, karena berlalunya waktu percuma tanpa tanpa ibadah, apalagi kita yang belum tentu masuk surga. Yuk, sudah seharusnya kita lebih berhati-hati dalam merencanakan waktu kita, dan selalu menempatkan waktu dalam posisi yang tinggi. Semoga artikel ini bermanfaat dan pastikan hanya Allah Swt. sajalah yang ada dalam setiap hal dan langkah kita. Sebab, segalanya kita lakukan demi meraih ridhoNya. Semangat! [aribowo | aribowo@gaulislam.com]

Minggu, 24 Oktober 2010

PERMOHONAN BANTUAN QURBAN





Assalamu'alaikum Wr.Wb

Sahabat2 SMART, ga' trasa y bntar lg qt akan menghadapi "Lebaran Haji"...oh y, biasany kan pas lebaran haji atau Idul Adha suka ada yg qurban tuh...nah, qt jg Insya Allah mw ngadain kegiatan tebar hewan qurban k daerah2 pelosok...

Tempat yg akan qt kinjungi tuh namany Kp. Palintang Desa Cipanjalu Kecamatan Cilengkrang Kabupaten Bandung (wuihhh...lengkap banget y..hehe)...u itu, barangkali sahabat2 SMART pngen ikut berpartisipasi dlm kgiatan tsb...qt mah ayo-ayo az...

Bagi yg mw ikut qurban, silakan hubungi bagian sub kegiatan di nomor 022-95337797...atw yg mw transfer dlm bentuk dana jg d persilakan...nih no rekeningnya 000-6216-285-100 a.n LSM SMART d Bank Jabar & Banten (klo skrang mah namany BJB)...atw k rekening 131-000-6262-069 a.n R. Rian Rahmat Ibrahim d Bank Mandiri...nah,klo sahabat2 SMART dah transfer, langsung konfirm y k no d atas...

Ba'da qurban, laporan kgiatan qt bs d liat d web ini...dpt d liat sapa az yg qurban...brp hewan qurban...brp orng yg dpt daging qurban...sampai jumlah yg makan...hehehe

Trakhir, kmi smua memohon pd Allah smoga kgiatan ini dpt berjalan lancar sbagaimana rencana yg tlah d susun bersama...amiiin

Wassalamu'alaikum

Selasa, 12 Oktober 2010


Assalamu'alaikum wr.wb

Sahabat-sahabat SMART, Alhamdulillah atas do'a dan dukungan sahabat-sahabat semua Kami dapat melaksanakan LAUNCHING RUMAH ILMU SMART. Diresmikan oleh Bapak Camat Cilengkrang dengan dihadiri oleh lebih dari 100 orang loh....

Mudah-mudahan, RUMAH ILMU SMART ini dapat menambah khasanah keilmuan sahabat-sahabat semuanya... So...klo ada waktu...silakan dateng az langsung ke Sekretariat RUMAH ILMU di Jalan Sekehaji Blok G-2 No. 94...

Wassalamu'alaikum wr.wb